Kamis, 19 November 2020

RESENSI FILM "SABAR INI UJIAN 2020" - Tentang Maafkan dan Perdamaian

 


Judul Film         : Sabar Ini Ujian

Genre                 : Komedi

Sutradara            : Anggy Umbara

Produser             : Manoj Punjabi

Rumah Produksi : MD Pictures bersama Umbara Brothers Film

Rilis                     : 5 September 2020

Durasi                  : 126 Menit

Sabar Ini Ujian adalah sebuah film yang berkisah tentang Sabar yang mengalami pengulangan waktu di hari pernikahan mantannya. Ini adalah sebuah film berkonsep time-loop atau pengulangan waktu dan pertama kalinya ada di perfilman Indonesia, Time loop adalah perangkat plot di mana periode waktu diulang dan dialami kembali oleh karakter dalam film. Sungguh sangat menarik untuk ditonton. Film ini disutradarai oleh Anggy Umbara dan diproduseri Manoj Punjabi dengan MD Pictures bersama Umbara Brothers Film sebagai rumah produksinya. Film ini dirilis pada 5 September 2020 di Disney+ Hotstart. Durasi filmnya termasuk cukup lama yakni 126 menit atau 2 jam lebih. Elemen fantasinya familiar, tanpa banyak modifikasi, namun keberadaan drama keluarga dan romansa soal “gagal move on dari mantan” memberi nilai plus, membuatnya memiliki kedekatan lebih dengan penonton dalam negeri.

Dari segi cerita, secara keseluruhan, tidak ketebak akhirnya. Plot twist ujungnya, tidak mengira akan berakhir seperti itu. Jadi cukup kaget juga. Di awal sampai hampir akhir kita akan disuguhkan drama pernikahan dan komedi yang cukup kuat. Dan diakhir-akhir suasana film berubah menjadi sedu dan sedih meskipun memang happy ending akhirnya.

Judulnya juga merujuk pada nama si protagonis, Sabar (Vino G. Bastian), yang empat tahun pasca membatalkan pernikahannya dengan Astrid (Estelle Linden) tepat di Hari H karena trauma masa kecil saat ayahnya (Adi Kurdi) pergi demi wanita lain, masih juga belum sanggup melupakan sang mantan. Walau sang ibu (Widyawati) dan sahabatnya, Billy (Ananda Omesh), berkali-kali mendorong agar Sabar move on, hasilnya tetap sama. Hingga Sabar menerima undangan pernikahan Astrid dan Dimas (Mike Ethan), yang juga temannya semasa SMA.

Sabar pun memutuskan datang, sambil berharap hari penuh siksaan batin itu segera usai. Sayangnya itu tidak pernah terjadi. Seperti film-film time loop lain, Sabar terbangun di hari yang sama, mendapati semuanya terulang lagi, sebelum akhirnya menyadari sedang terjebak di lingkaran waktu dan mencari cara guna menghentikannya. Menulis naskahnya bersama Erwin Arnada (Jelangkung 3, Guru Ngaji) dan Gianluigi CH, Anggy berhasil mengakali salah satu rintangan terbesar film time loop: repetisi.

Proses membangun cerita saat Sabar mengalami time-loop di hari pernikahan mantannya, Astrid, juga cukup menyenangkan dan menikmati dan juga tidak membuat pusing. Unsur komedi yang dimasukkan saat proses itu semakin membuat menyenangkan. Terlebih, komedi utama diperankan dua komika yang cukup vokal yakni Rigen dan Rispo.

Bagaimana menggambarkan proses karakternya melewati hari yang sama berulang kali tanpa terasa membosankan? Paruh pertamanya memperlihatkan Anggy dan tim memaksimalkan situasi komedik guna menciptakan kesegaran di tiap putaran waktu. Duo sahabat Sabar, Aldi (Ananta Rispo) dan Yoga (Rigen Rakelna) paling mencuri perhatian melalui celotehan-celotehan konyol, walau saya bisa memahami jika sebagian penonton mungkin terganggu oleh kerecehan mereka. Semua kembali soal selera humor masing-masing, tapi timing penghantaran keduanya cukup mengesankan.

Masalah baru timbul di pertengahan durasi (second act). Eksplorasi time loop-nya stagnan, apalagi sewaktu filmnya berhenti terlalu lama di salah satu loop. Di titik tersebut, Sabar ini Ujian kehilangan keunikannya, terasa bak romansa biasa yang tak punya banyak keunggulan. Padahal, menengok beberapa film bertema serupa yang belakangan makin menjamur, ada banyak cara supaya “perkawinan” antara genre utama dengan elemen time loop berlangsung lebih mulus dan saling melengkapi.

Beruntung, third act-nya membaik, sewaktu kisahnya menjamah unsur drama keluarga. Di situ pula akting jajaran pemainnya memuncak. Vino tampil solid, tapi bukan kejutan jika Widyawati dan Adi Kurdi (dalam salah satu peran terakhirnya selain Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah) menjadi yang terbaik, walau porsi keduanya cenderung minim. Ada satu hal subtil yang membuat saya tersentuh. Saat itu Sabar menelepon lalu menanyakan kabar ibunya, yang mana jarang ia lakukan. Ibu melepas kaca mata, menjawab dengan suara “pecah” seolah menahan tangis, dan sekilas matanya berair. Sebuah momen blink-and-you-miss-it yang emosional.

Terkait alasan terjebaknya Sabar di lingkaran waktu, sekaligus mengapa terjadi pada hari itu, dijawab secara tersirat dan memuaskan oleh konklusinya. Tapi ada ganjalan besar di penutup film, ketika Sabar mengambil beberapa keputusan problematik, setelah belajar bahwa dia tak seharusnya terjebak dalam ketakutan-ketakutan. Terkait Sherly (Anya Geraldine), entah bentuk keisengan para penulisnya saja, atau  itulah cara yang diambil untuk menggambarkan bahwa Sabar sudah beranjak dari trauma. Baik yang mana pun, sayangnya sama-sama melukai proses yang protagonisnya lalui.

Setidaknya di paruh akhir inilah Luna Maya berkesempatan menyajikan penampilan menghibur sebagai Tiffany, salah satu tamu acara pernikahan, sekaligus seorang selebritis yang jengah cuma dijadikan objek foto oleh para penggemarnya. Rasanya sebuah film time loop ala Palm Springs, di mana Sabar dan Tiffany terjebak berdua di lingkaran waktu bakal sangat mengasyikkan.

Kelebihan yang sangat menarik terletak dari time-loop nya dan alur ceita yang sangat tidak tertebak endingnya. Penonton akan mengira sabar balikan lagi dengan mantannya dan juga akan mengira bahwa film ini bergenre romantis dan comedy, tapi tidak inti dari film ini adalah keikhalsan, memaafkan, dan orang tua. Bener-bener di endingnya kita dibuat nangis. Karena kejadian di masa kecil yang tidak bisa iya maafkan sampai besar, sampai-sampai dia gagal nikah dengan Astrid, dan mengalami pengulangan hari ketika Astrid akan nikah dengan temannya. Sabar mengira bahwa kejadian pengulangan hari pernikahan Astrid secara terus menurus itu disebabkan karena dia masih sayang sama Astrid dan belum move on. Tapi tidak pengulangan hari itu terjadi karena do’a dari bapanya.

Sewaktu kecil ayahnya dikira selingkung oleh sabar dan mamahnya, karena mengakui seorang wanita kepada orang-orang bahwa dia adalah istinya. Sehingga terjadi permasalahan besar di keluarga sabar,mamahnya sabar dengan bapanya cerai tidak lama setelah kejadian itu, tanpa diberi waktu untuk bapaknya menjelaskan tentang kejadian sebenarnya. Maka dari itu Sabar tidak mau menjadi seperti ayahnya di masa depan kelak, yang tidak bisa membahagiakan istrinya sendiri, dan memilih orang lain untuk hidup denga dia. Trauma akan masa kecilnya membuat Savar takut menyakiti Astrid yang dimana dulu dia adalah calon istrinya, jadi dia memilih untuk membatalkan pernikahannya.

Pengulangan hari pernikahan Astrid dengan Dimas yang terjadi pada Sabar, ternyata itu adalah do’a bapanya yang ingin bertemu dulu dengan anaknya dan meminta maaf. Setelah Sabar mengunjungi Bapanya karena nasihat dari Ibunya yang harus memaafkan ayahnya sendiri, kini Sabar tahu alasan bapanya melindungi wanita tersebut, karena wanita itu telah diperkosa oleh beberapa orang preman pasar, dan kebetulan bapanya Sabar sedang berada di tempat, dan wanita itu berlari ke arah bapak Sabar supaya melindunginya. Agar tidak terjadinya fitnah para tetangga di rumahnya, bapa Sabar menyebutkan bahwa wanita itu adalah istri mudanya, dia mengambil resiko terbesar itu, yang membuat anaknya trauma.

Setelah Sabar memaafkan ayahnya, dan mengetahui secara jelas cerita dibalik traumanya, kini sabar kembali gembiira dan senang dalam menjalani hari-harinya. Dan keesokan harinya Sabar megira bahwa dia akan tetap berada di hari yang sama yaitu di hari pernikahan Astrid. Ternyata tidak, dia melanjutkan harinya seperti orang normal biasa. Ketika dia bahagia karena masalahnya sudah beres dan tidak ada lagi trauma dan akan memenuhi janjinya untuk menikahi Tiffani. Tiba-tiba dia mendapat kabar dai Ibu nya bahwa ayah kandungnya yang ditemui kemarin sudah meninggal. Dari sana kita dibuat sedih dan terharu, karena melihat perjuangan Sabar yang ingin melanjutkan hari-harinya seperti orang normal biasanya dengan gembira, kini harus sedih lagi karena ayah kandungnya meninggal setelah Sabar memaafkannya.

Ternyata pengulangan hari yang terjadi kepada Sabar itu adalah do’a ayahnya yang ingin menemui anaknya dan menyelesaikan kesalah pahaman terhadap wanita yang dinikahinya, tapi ayahnya tidak tau harus menemui kemana, dan kahirnya Sabar datang dengan sendirinya, membuat ayahnya bahagia.

Pesan dakwah yang bisa kita ambil di film yang berjudul “Sabar ini ujian” ini adalah kita harus bisa berdamai dengan diri sendiri, orang tua, dan orang yang disekitar kita. Memaafkan masa lalu agar bisa hidup dengan damai di masa depan.



Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, Rasulullah SAW.bersabda: “Keridhaan Allah itu didalam keridhaan orang tua dan kemarahan Allah itu dalam kemarahan orang tua. (H.R Al-Tirmidzi)

Maka dari itu kerika kita sudah mendapat Ridha dari orang tua maka Allah pun Ridha terhadap sesuatu yang kita lakukan didunia, maka urusan kita akan di mudahkan dan dilancarkan atas kehendak-Nya.


Penulis :

Ranti Daryanti

Mahasiswa UIN SGD Bandung

KPI 7C


Selasa, 06 Oktober 2020

Awal Kisah Sang “Pecandu Film”

 

Nama : Ranti Daryanti

Kelas    : KPI 7C UIN SGD Bandung

Email   : rantidaryanti02@gmail.com



Mendengar “Pecandu” biasanya mengundang pikiran negtif,  karena terlalu berlebihannya seseorang dalam melakukan sesuatu. Tapi tidak dengan saya, pecandu yang negatif tidak akan mengubah kebiasaannya, karena terlalu nyaman dengan apa yang dilakukannya, tapi pencandu yang positif akan mengubah kebiasaanya supaya bisa mengubah hidupnya dimasa depan, mereka adalah pencandu yang ingin menjadi madu.

Awal menjadi santri tahun 2014 dimana saya belajar tentang arti  kebersamaan yang hangat, ketertiban yang melekat, kepatuhan yang terikat, dan karena terlalu banyaknya aturan yang menuntut terkadang mencoba untuk berkhianat, tidak untuk di tiru ya hehe

Ngaji, sorogan, patrol (piket), dan sekolah sudah menjadi rutinitas yang wajib dituntaskan setiap seharinya. Terkadang kebiasaan tersebut membuat bosan. Di tahun 2016 dilantiknya saya menjadi keanggotaan pengurus di astri (asrama putri) dan juga awal 'bioskop astri' berdiri.

Melihat lelah letihnya dengan rutinitas yang ada, pengurus di tahun 2016 ini berinisiatif untuk membuat sebuah progaram hiburan santri, dengan tujuan bisa menjadi penghibur dan menambah semangat santri dalam mengaji. Maka kami sebagai pengurus membuat program dengan nama 'bioskop astri' gratis yang bisa dinikmati oleh semua santri putri yang ada.

Malam minggu adalah salah satu malam dimana santri tidak melakukan aktivitas ngaji seperti biasanya. Biasanya dimalam ini santri hanya istirahat seperti biasa, tapi tidak  setelah adanya nya bioskop gratis yang diadakan setiap malam minggu, semua santri antusias menonton film di aula terbuka yang tersedia. Inilah awal dimana tumbuhnya benih pecandu film itu muncul.

Film bollywood yang udah jadul tapi tetep rame dan banyak sekali pelajaran yang bisa di ambil menjadi tontonan utama dibioskop gratis ini, meskipun adegan 18 tahun keatasnya di skip.  Apapun filmnya pasti setelah menonton selalu ada manfaat yang bisa diambil, dan menganalisisnya dengan real kehidupan.  itulah sesuatu yang menjadi kepuasan tersendiri.

Film memang cocok untuk menjadi penghibur diri. Wawasan dan pengetahuan yang sempit karna terlalu lamanya menjalani rutinitas yang membosankan, film bisa menjadi penambah wawasan kita untuk memperkaya imajinasi.  Bahasa yang asing terdengar akan kita ketahui setelah menonton film, memperkaya bahasa untuk dimiliki.

Berawal dari pecandu film kini saya memilih jurusan yang salah satu ranahnya menjurus kedunia perfilman. Membuat sebuah produksi film karena dituntut oleh mata kuliah yang ada. Kini saya tahu jerih payahnya produksi sebuah film. Durasi cuma beberapa menit juga membutuhkan waktu berhari-hari untuk mejadi sebuah film pendek.

Kini saya mengerti arti dari sebuah karya dalam film yang harus di apresiasi sekalipun durasi singkat, aktor tak berbakat, editing yang cacat semua harus kita hargai apapun hasilnya, karena itu adalah sebuah karya.

Semoga dimasa depan saya bisa masuk kedunia entertaiment di perfilman Indonesia. Menjadi bagian pencipta karya bangsa indonesia untuk dunia, dengan menjunjung tinggi budaya dan tradisi yang ada. Yang awalnya seorang pecandu film menjadi seorang yang berbuah madu menciptakan sebuah karya film di masa yang akan datang. Aamiin